Dulu, televisi adalah jendela dunia. Setiap sore hingga malam hari, layar kaca menjadi pusat perhatian keluarga Indonesia. Namun, kini pemandangan itu mulai langka. Generasi muda lebih sering menunduk menatap ponsel ketimbang duduk menonton televisi. Pertanyaannya: apakah ini tanda berakhirnya era stasiun televisi?
Gaya Konsumsi Konten Telah Berubah
Anak muda masa kini tumbuh bersama internet. Mereka lebih memilih menonton YouTube, Netflix, atau scrolling konten TikTok ketimbang menunggu acara favorit di televisi. Hiburan kini bersifat on-demand: bisa diakses kapan saja, di mana saja, dan sesuai selera.
TV yang masih menggunakan sistem siaran terjadwal terasa usang. Generasi muda tak lagi punya kesabaran menunggu. Mereka menginginkan kecepatan, interaktivitas, dan kebebasan memilih — sesuatu yang tidak bisa ditawarkan oleh stasiun televisi konvensional.
Minimnya Koneksi Emosional
Konten digital lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari penonton. Banyak kreator muda yang menyuarakan keresahan, humor, dan opini mereka dalam format video pendek. Ini menciptakan koneksi emosional yang kuat antara pembuat konten dan penontonnya.
Sebaliknya, program televisi justru terasa makin jauh dari kehidupan nyata generasi muda. Isu yang diangkat kurang relevan, pengemasan acara kaku, dan tokoh-tokoh yang tidak merepresentasikan suara anak muda.
Tidak Ramah Mobile
Saat ini, hampir semua aktivitas digital berpusat pada smartphone. Sayangnya, televisi konvensional tidak dirancang untuk mobile. Meskipun beberapa stasiun mulai mengembangkan aplikasi streaming sendiri, fitur dan pengalaman pengguna masih kalah jauh dibandingkan platform digital murni.
Bagi generasi muda yang multitasking dan berpindah aplikasi dalam hitungan detik, TV adalah media yang terlalu kaku dan tidak fleksibel.
Ditinggalkan Pengiklan
Tak hanya penonton yang pergi, pengiklan pun mulai beralih ke digital. Mengapa? Karena iklan di media sosial dan platform streaming bisa diukur secara detail dan ditargetkan ke demografi tertentu. Televisi hanya bisa menyajikan angka rating umum, yang tidak lagi menarik bagi perusahaan modern.
Penurunan belanja iklan ini berdampak langsung ke keberlangsungan program TV, memaksa mereka memotong biaya dan mengurangi kualitas produksi.
Era Baru Media Hiburan
Televisi belum tentu akan sepenuhnya mati, tapi jelas bukan lagi raja. Ke depan, hanya mereka yang mampu beradaptasi dengan cepat dan memahami perilaku generasi muda yang bisa bertahan. Kolaborasi lintas platform, pendekatan kreatif, dan pemanfaatan teknologi digital adalah kunci untuk tetap relevan.
Untuk ulasan terbaru seputar dunia hiburan dan perubahan tren media, kunjungi https://beritahiburan.id/ – sumber informasi terpercaya yang mengikuti denyut zaman.